Gema Takbir Hari Raya Pecah Di Cakrawala



1.

Langit berangsur padam. Kicau burung-burung sore samar menjauh. Selepas adzan, gelap mengambang. Takbir dari surau membuka pintu itu: masa silam tak pernah benar-benar hilang.

2.

Ada yang menggigilkan ingatan. Pelan. Perlahan berdatangan rumah kecil di kampung halaman. Memanggil-manggil namamu. Menanyakan kabarmu. Berusaha menarikmu pada ruang ganjil bernama kepulangan. Namun hening. Keramaian sapa tetangga dan piring yang beradu hanya terjadi di kepalamu.

3.

Suara takbir seperti kepak cahaya di Cakrawala. Pecah warna-warna haru. Masjid dan mushola bersahutan. Menyanyikan kidung kemenangan dalam hari-hari biru. Tak ada sandang baru. Tak ada ramai petasan beradu. Tak ada harum bunga seperti biasanya di pemakaman. Betapa ganjil nyanyian ini. Para pemusiknya seperti menahan getir yang akan jatuh dari matanya.

4.

Hari raya ini pada akhirnya seperti riuh perayaan atas harapan. Sedari tadi tak henti ucap Lekas usai masa-masa sulit. Sudahi kabar buruk dan sandiwara-sandiwara lara jiwa. Jangan pernah menumpuk laba pada derita yang ditanggung bersama. Pun jangan sakiti mereka yang membanting tulang, menahan punggung, untuk keluarganya tetap tersenyum di masa sulit ini. Begitu kurang lebih riuh suara-suara yang terdengar, dari balik pintu.

5.

Gema takbir hari raya pecah di cakrawala. Cahayanya berpendar di kampung-kampung penduduk. Di jalan-jalan. Di persawahan. Di rumah kontrakan sekitar pabrik. Di rumah sakit. Di pesisir. Di lautan. Di rumah ibadah. Di kuburan. Di hati orang-orang yang menyalakan api harapan.

6.

Di masa sulit ini. Mereka itu, matanya memandang jauh. Telinganya mendengar tajam, mulutnya tak henti mengucapkan kebenaran, tangan dan kakinya seperti selalu tahu arah yang dituju. Pada diam. Atau pada gerakan yang semestinya. Terdengar lagi lebih kencang. Gema takbir hari raya pecah di cakrawala. Kelak, rasa-rasanya suara ini juga yang akan datang di hari depan. Merayakan bahagia para jelata yang bersatu.

Mh Maulana


Yogyakarta, Mei 2020

Kanal Muda. Mengalirkan Kehidupan.

Pos Berikutnya Pos Sebelumnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url