Ketahanan Pangan dan Solidaritas Lumbung Tani di Tengah Pandemi

Ketahanan pangan di kalangan kaum tani

Malam itu (25/3) beberapa pengurus berkumpul. Teh hangat dan kudapan ringan dihidangkan. Gerimis kecil tidak menghalangi pertemuan malam itu untuk tetap berlangsung. Prosedur kesehatan untuk mengenakan masker dan cuci tangan pun tidak lupa untuk diikuti. Musyawarah singkat diadakan. Lumbung tani menginisiasi gerakan kecil di tengah pandemi. Pak Naryo, selaku ketua menegaskan, “Solidaritas sosial harus dibangun. Kita akan melakukan aksi pengumpulan beras solidaritas untuk masyarakat yang terdampak covid-19. Harapannya dengan sedikit bantuan dari kita ini bisa meringankan beban masyarakat terdampak, dan memperkuat rasa solidaritas petani dan masyarakat lainnya.”

Keesokan harinya, tim kecil dibentuk. Pendataan awal mulai dilakukan. Stok beras di luar kebutuhan sehari-hari anggota dikumpulkan untuk nantinya dialokasikan untuk solidaritas sosial. Petugas yang ditunjuk dalam kegiatan ini menjelaskan prosedurnya. “Jadi untuk awalan donasi yang terkumpul sementara ini berjumlah 15 kg dan bersumber dari anggota Lumbung Tani, jumlah ini tentu nanti akan bertambah.” Mengenai teknisnya, Ia menambahkan, “Pertama, pengurus menyampaikan keputusan organisasi kepada semua anggota. Kemudian, pengurus yang berada di masing-masing wilayah bertugas mengumpulkan donasi-donasi tersebut.”

Usaha yang dilakukan Lumbung Tani ini singkatnya memiliki kaitan yang erat dengan gagasan ketahanan pangan. Seperti yang umum diketahui, lumbung pangan terbesar di negeri ini berada di kawasan pedesaan, di perjuangan keras petani merawat lahannya setiap hari. Mulai menanam, memupuk, memanen, hingga berjuang untuk terus bertahan menghadapi situasi yang bisa merugikan seperti mahalnya harga pupuk, harga komoditas pertanian anjlok, sampai gagal panen. Ketahanan pangan sudah semestinya menjadi sikap dan tindakan yang serius dari pemerintah. “Ketahanan pangan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Karena tanpa akses pangan yang mudah dan terjangkau kita akan terus hidup dalam kesulitan, bahkan bisa menciptakan kerusuhan sosial.” Ucap Pak Naryo di sela-sela kegiatan memantau pengumpulan beras dari anggota.

Kegiatan solidaritas sosial dari Lumbung Tani ini diharapkan bisa menjadi solusi kecil untuk permasalahan ekonomi dan sosial yang terjadi karena situasi pandemi. Terutama di lingkup kecil petani Nanggulan atau Kulon Progo secara umum. Sasaran alokasinya adalah masyarakat yang sangat terdampak seperti pekerja informal di kabupaten Kulon Progo, di kota Yogya atau sekitarnya. Hal ini tentu mustahil dilakukan tanpa partisipasi dan dukungan aktif dari berbagai pihak. Harapan dari Lumbung Tani, setidaknya di masa pandemi covid-19 ini, kita semua menyadari bahwa tidak hanya sektor kesehatan yang terdampak, hampir seluruh sektor ekonomi ambruk, dimana-mana buruh di PHK, pekerja informal tidak lagi bisa bekerja, rakyat menderita kelaparan. Kita semua tahu bahwa kita tak bisa makan beton, atau mesin-mesin yang diproduksi pabrik besar, dan satu-satunya yang menyelamatkan bangsa ini adala pangan, oleh karena itu ketersedian pangan yang cukup dan akses pangan yang mudah sangatlah penting untuk kemandirian dan kesejahteraan bangsa. Mudah-mudahan dengan adanya pandemi ini, kedepan pemerintah bisa belajar bahwa pemberdayaan petani, akses petani akan tanah, alat produksi dan distribusi pangan lebih diperhatikan, demi kesejahteraan semua umat.”

Terhitung sejak awal april, Lumbung Tani terlibat aktif bersama Menoreh Crisis Center (MCC). MCC adalah kelompok bersama dari berbagai relawan di kulon progo untuk merespon tindakan-tindakan sosial selama masa covid 19 ini. Tujuannya jelas, Bersolidaritas. (mh)

Kanal Muda. Mengalirkan Kehidupan.

Pos Berikutnya Pos Sebelumnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url