Pemuda dan Kebudayaan Kita: Memperbaiki Perspektif, Menjalani Laku Kreatif

Oleh: Ririn Maharani Salassa

Ada dua pembicara utama pada hari ini

Setelah menyelenggarakan kanal diskusi pertama dengan Haris Azhar dan Britha Mahanani mengenai konstruksi kebebasan berpendapat di Indonesia, Kanal Muda menyelenggarakan diskusi kedua dengan tajuk “Pemuda dan Kebudayaan kita” pada Minggu, 9 Juli 2023.

Pemuda dan budaya adalah dua entitas yang tidak terpisahkan. Diskusi kali ini menjadi sangat menarik dengan menghadirkan Awaludin GD Mualif, Laksmi Sitoresmi, dan Wahono. Ketiga narasumber adalah figur kebudayaan Yogyakarta yang konsisten menemani dan membantu proses setiap organisasi kepemudaan untuk berkembang.

Taman Dolanan Jamblang Genthong sebagai tuan rumah pelaksanaan diskusi

Bagian menarik lainnya adalah diskusi ini diadakan di Taman Dolanan Jamblang Genthong, Imogiri, Bantul. Seirama dengan kehadiran Jamblang Genthong itu sendiri sebagai organisasi yang berorientasi pada pengembangan permainan tradisional.

Secara garis besar, diskusi diawali dengan semangat pemuda menurut akar historisnya hingga memperkuat persepsi pemuda akan akar budayanya.

Kebudayaan Masyarakat

Budaya erat kaitannya dengan wilayah atau teritorial. Tumbuh dan berkembangannya kebudayaan berasal dari desa. Desa memberikan sumbangsih signifikan pada nilai-nilai kebudayaan dewasa ini, meliputi nilai kebersamaan, kesopanan, hingga implementasi atas nilai yang mengakar pada perkembangan waktu dan tempat.

Stigma “desa tertinggal dan jauh dari perkembangan modernitas” adalah pemahaman kosong dan tidak berlandaskan alasan yang utuh. Bahwa pelbagai perkembangan ilmu pengetahuan, aktor intelektual, hingga nilai-nilai—adab dan sopan santun—justru berasal dari desa.

Mas Awaludin memaparkan soal desa sebagai sumbu peradaban di masa lampau

Sebagai tuan rumah diskusi, Jamblang Genthong (red: JG) merupakan salah satu representasi dari definisi pemuda dan kebudayaan itu sendiri. JG, salah satunya, mengembangkan permainan tradisional egrang yang telah dimodifikasi serta menyebarluaskan informasi edukatif kepada anak pra sekolah hingga sekolah dasar sejak tahun 2018. Permainan tradisional adalah salah satu manifestasi dari kekayaan intelektual masyarakat desa. Permainan tradisional adalah wujud nyata dari kebudayaan desa yang tidak jauh dari alam dan lingkungan sekitar.

“Ilmu pengetahuan yang tertanam di desa seringkali dipelintir dengan pengetahuan orang kota yang menambahkan segelintir pengetahuan yang tidak memiliki basis relevansi yang jelas. Maka pemuda desa jangan pernah malu mengakui diri sebagai orang desa karena desa memiliki perkembangan dan pengetahuannya sendiri yang tidak menjauhkannya dari alam. Sementara itu, perkotaan bekerja sebaliknya, jauh dari lingkungannya,” secara tegas oleh Cak Udin, sapaan akrab Awaludin GD Mualif, Ketua LESBUMI DIY.

Para peserta diskusi menyimak pemaparan para pembicara

Sementara itu, Wahono dengan panggilan akrab Mbah Wahono menarik batas yang berbeda mengenai pemahaman kota dan desa. “Kota dan Desa memiliki peran dan fungsi masing-masing. Keistimewaan kota diasimilasi dengan kekhususan desa,” menurutnya.

Pemuda dan Kebudayaan

Secara historis, budaya masa lampau erat kaitannya dengan Jawa. Jawa merupakan nalar dan pusat peradaban dunia. Oleh karena itu, pemuda dan budaya saling berkelindan. Budaya Jawa mengandung prinsip-prinsip kehidupan.

Pertama, Hasta brata, yang berarti delapan perilaku atau karakter penting bagi pemimpin. Salah satunya, pemimpin yang berkarakter seperti bumi, artinya mampu menerima siapa saja dengan latar belakang apapun.

Kedua, Kawurokalang, yang berarti jika bersungguh-sungguh, seseorang akan menjadi ahli dalam bidangnya. Hal ini penting bagi setiap organisasi pemuda untuk menentukan arah geraknya sehingga mampu melampaui batasan ruang, waktu, dan bahasa.

Diskusi berlangsung dengan khidmat di sore hari

Perkembangan sebuah organisasi dewasa ini tidak lepas dari dinamikanya masing-masing, seperti relasi pemimpin dan anggota, konsistensi setiap individu dalam sebuah organisasi, hingga arah gerak dari sebuah organisasi.

Pemimpin memegang peranan sentral dalam sebuah organisasi. Layaknya pemimpin dalam laku organisasi yang mengimani pendekatan kultural dan struktural. Pendekatan kultural tercermin dari pemimpin yang dapat mengenali secara subjektif setiap anggotanya dengan pendekatan yang tepat. Sedangkan secara struktural, mengutip prinsip Piaget, pemimpin mampu mengenali dan mempelajari karakter kognitif setiap anggota. Sebagaimana sifat pemimpin identik dengan kebudayaan Jawa yang mengenal struktur manusia.

Pembicara dadakan mengambil alih panggung utama

Selanjutnya, konsistensi dalam laku kegiatan kreativitas diperlukan oleh pemuda hari ini. Menjaga konsistensi adalah upaya serius agar satu kelompok dapat berjalan jauh dan berkelanjutan, sebagaimana nasihat yang disampaikan Mbah Wahono, Budayawan Indonesia asal Imogiri itu.

“Nek pengen mlaku cepat, mlakuo dewe, nek pengen mlaku adoh, mlakuo bareng-bareng.”

Menurut Laksmi Sitoresmi, artis kontemporer dan aktivis lingkungan, feminis, anak dan gender, konsistensi erat dengan hadirnya kedekatan emosional dan keyakinan mengenai alasan fundamental bekerja dalam sebuah organisasi. Konsistensi tersebut harus diiringi dengan keyakinan yang kuat dan refleksi tentang sejauh mana organisasi itu memberikan kebermanfaatan dan kebaikan. Hal tersebut juga harus dibarengi dengan proses penyamaan persepsi bahwa organisasi adalah wadah untuk menguji ilmu pengetahuan di masyarakat.

Pemberian plakat untuk pembicara pertama, Mas Awaludin

Sementara itu, Cak Udin beranggapan bahwa laku organisasi harus didasari dengan cinta. Bahwa cinta tidak hanya menawarkan kesenangan, melainkan juga ada luka yang menyertai. Organisasi adalah warisan budaya desa yang terus ada dan akan selalu diwariskan.

Lebih jauh, mengenai peta jalan dari organisasi, Mbah Wahono mengambil perumpamaan dengan garis koordinat sumbu x dan sumbu y dalam konsep matematis. Arah gerak organisasi perlu menitikberatkan pada titik koordinat antara tujuan dan laku organisasi. Organisasi harus meletakkan kedudukan sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya masing-masing.

Implementasi setiap pengetahuan dalam gerak organisasi adalah keniscayaan. Pemaknaan edukasi itu sangat luas dan beragam bentuk, mulai dari belajar sesuai kurikulum negara hingga hal-hal yang tidak dimuat di dalamnya, namun bermanfaat bagi masyarakat. Hal itu merupakan pemahaman yang selalu digenggam Laksmi Sitoresmi dalam pengalamannya terlibat aktivitas edukasi pengelolaan sampah dan isu anak dan perempuan.

Pemberian plakat untuk pembicara kedua, Mbak Laksmi

Diskusi Kanal Muda kemudian ditutup oleh transfer semangat dari Mbah Wahono mengenai trilogi ethos, logos, dan pathos sebagai kunci menguasai dunia. Semoga trilogi tersebut menjadi pola dalam gerak organisasi hari ini dan kedepannya.

Penulis adalah Sekretaris Umum Kanal Muda. Ia sedang menempuh pendidikan Magister Hukum Bisnis dan Kenegaraan di Universitas Gadjah Mada. 

Kanal Muda. Mengalirkan Kehidupan.

Pos Berikutnya Pos Sebelumnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url