Merenungkan Tuhan dan Kode Biner Komputer

Oleh: Via Annisa Pangestu 'Vianza', Editor: Husein Maulana

Berbicara tentang eksistensi atau keberadaan Tuhan adalah wewenang bagi siapa saja. Keberadaan Tuhan juga seringkali menjadi pertanyaan dan pernyataan bagi yang percaya dan yang tidak percaya. Kedua kelompok ini tidak jarang saling memperdebatkan dan berusaha membuktikan apa yang mereka yakini. 

Lalu, bagaimana kita memaknai eksistensi Tuhan? Apakah keberadaanNya dapat dibuktikan secara empiris dan saintifik? 

Oh tentu tidak... "Satu-satunya cara membuktikan keberadaan Tuhan adalah dengan percaya. Hanya dengan percaya saja. Yep! Cukup percaya Tuhan itu ada, maka Ia akan ada dengan sendirinya" 

Disadari atau tidak, selama ini konsep ketuhanan dan kepemilikan agama seringkali dipahami dengan cara yang ‘tidak pada tempatnya’. Buktinya, masih cukup banyak golongan yang menganggap bahwa ‘percaya’ atau ‘tidak percaya’ merupakan frasa paling penting sebagai bukti keabsahannya. Selain itu, ada juga pemikiran tentang kepercayaan kepada Tuhan merupakan satu paket bersamaan dengan kepercayaan kepada agama. Sehingga, pembicaraan mengenai eksistensi Tuhan tidak akan pernah terlepas dari koridor agama. Namun, bagaimana jika konsep atas kepercayaan kepada Tuhan dan konsep mengenai kepemilikan agama kita pisah? 

Nah, mesin komputer yang saat itu ditemukan Alan Turing dan yang hari ini kita gunakan adalah mesin komputer yang di gerakkan oleh angka biner yang berjejer. Pada frontend halaman depan komputer yang terlihat jadul, terdapat rentetan angka biner yakni nol "0" dan satu "1" yang berderet begitu banyak sebagai gerbang digital. 

“Lalu apa hubungannya dengan Tuhan, Za?”

“Begini.....FYI ya, ada hal menarik yang pernah dikatakan Pidi Baiq kalau Tuhan menampakkan dirinya, berarti Tuhan tidak adil. Karena orang buta tidak bisa melihat nya." 

Lebih lanjut, Memahami Tuhan dengan konsep biner, berarti memahami bahwa eksistensi Tuhan dicerminkan pada kepercayaan manusia. Apabila seseorang percaya akan eksistensi Tuhan, maka Tuhan itu satu "1", keberadaannya ada dan nyata. Namun, jika seseorang tidak percaya kepada Tuhan, maka Tuhan adalah zero "0" yang berarti tidak ada sama sekali. 

"Lalu, bagaimana jika kita menghubungkan konsep ketuhanan dan agama?"

Setelah seseorang percaya akan keberadaan Tuhan, langkah selanjutnya adalah mengenal dan mempercayainya sebagai bentuk manifestasi untuk melibatkan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Agama, dalam ilmu sosial-budaya dipandang sebagai serangkaian panduan untuk mengenal Tuhan. Fungsi utamanya tentu sebagai pemandu kehidupan bagi yang percaya untuk menjadi lebih baik. Agama menjadi panduan untuk berperilaku, bermunajat, membangun perdamaian serta mencegah kejahatan. Kita semua setuju bahwa dunia ini cenderung anarki, bukan? 

“Bukan.......!!!”

Perlu diketahui juga bahwa agama bukanlah sesuatu yang dapat diperdebatkan dengan membandingkan harapan hasil bipolar yakni salah atau benar. Kita semua barangkali bisa setuju bahwa tidak ada satupun agama di dunia ini yang mengajarkan keburukan. Agaknya agama bisa juga dimaknai sebagai lifestyle unik manusia-manusia sosial, yakni sebuah kacamata untuk mengenal Tuhan. Agama dapat membawa seseorang dan menjadi manifestasi pribadi untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Bagi mereka yang percaya kepada Tuhan, mereka pasti akan mempelajari apa yang mereka percaya. 

"Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak percaya?!" 

Tentu saja tidak perlu diperdebatkan dan mencoba membuat mereka percaya. Kepercayaan tentang konsep kepercayaan Tuhan ini memang sebuah fenomena yg unik. Hampir tidak pernah ada metode yang serta merta berhasil membuat seseorang yang tidak percaya kemudian menjadi percaya dengan eksistensi Tuhan. Karena pada dasarnya kepercayaan akan ada atau tidaknya Tuhan tumbuh dan berkembang dalam diri sendiri serupa cermin. Bagi sisi yang tidak percaya pun pasti punya alasan yang masuk di akal mereka. Mereka mungkin saja percaya pada cara kerja alam semesta yang memberi dampak sebab akibat dari satu hal ke hal lain seperti teori big bang atau teori ilmiah lain yang secara saintis mereka percayai, gitu lo guys. Sehingga, tidak mempercayai Tuhan adalah satu-satunya hal yang masuk di akal mereka.

Dengan demikian kita memiliki jawaban berimbang mengenai pertanyaan akan ada atau tidaknya Tuhan. Keberadaan Tuhan secara universal adalah biner, ia bisa ada jika kita percaya bisa pula tidak ada jika kita tidak percaya.

“Begitu…”

Sebagai disclaimer akhir, pada akhirnya tulisan ini selesai juga. Tentu saja isinya lebih banyak mengenai opini dan analogi pribadi yang tidak berpedoman pada kaidah riset tersistematis dan mendalam. Selain itu, sebenarnya saya sendiri juga sedang di fase meraba-raba segala hal yg sangat mungkin dapat membuat saya seutuhnya kembali mempercayai tanpa menyangsikan ke-Esa-an-Nya.

Kanal Muda. Mengalirkan Kehidupan.

Pos Sebelumnya
Tidak Ada Komentar
Tambahkan Komentar
comment url